Home
Cara Membuat Wayang
Gambar 1: Gunungan
Gambar 2 : Kancil
Gambar 3 : Pak Tani
Gambar 4 : Pohon Ketimun
Gambar 5 : Buah Ketimun
Gambar 6 : Pagar
Gambar 7 : Hantu Ladang
Gambar 8 : Kurungan
Gambar 9 : Anjing
Gambar 10 : Alu
Gambar 11 : Batu
Gambar 12 : Buaya
Gambar 13 : Harimau
Gambar 14 : Dodol
Gambar 15 : Daun Talas
Gambar 16 : Sabuk
Gambar 17 : Canang
Gambar 18 : Rumah Tawon
Gambar 19 : Rumpun Bambu
Gambar selanjutnya
Gambar 20 : Putri
Gambar 21 : Nyai
Gambar 22 : Putut Butoijo
Gambar 23: Jaka
Gambar 24 : Lebah / Tawon
Gambar 25 : Keong / Kul
Gambar 26 : Pacul
Gambar 27 : Kerbau
Gambar 28 : Rusa
Gambar 29 : Monyet
Gambar 30 : Gajah
Gambar 31 : Kambing
Gambar 32 : Ayam Jantan
Gambar 33 : Anak Bayi
Gambar 34 : Gada
Gambar 35 : Arit
Contoh Wayang
Contoh2
Contact Me
Wayang Kancil
Gambar 9 : Anjing

Anjing
anjing.jpg

Anjing peliharaan.
 
Keluarga pak tani terdiri dari istri dan seorang putri remaja. Selain memelihara ternak dan unggas pak keluarga pak tani juga memelihara seekor anjing. Anjing itu diberi nama Belang.
Untuk menjaga kancil hasil tangkapannya, pak tani menyuruh si Belang.
 
Betapa herannya si belang demi mengetahui bahwa sang Kancil berwajah riang di dalam kurungan.
 
Belang: "Kamu ini dikurung bukannya sedih? Apa kamu tidak tahu resikonya dikurung di sini heh..? Jadi gulai-enak baru tahu rasa kamu!"
 
Kancil: "Hidup akan jadi mulia kok sedih, buat apa sedih?"
 
Belang: "Mulia? Ada apa ini gerangan? Bagaimana bisa, dikurung begitu dikata mulia?"
 
Kancil: "Wah kamu kurang pergaulan. Tuanmu itu mengadakan ujian, kalau aku lulus uji ini aku akan hidup mulia. Aku ini sebenarnya segan, tetapi tuanmu itu memaksa terus. Ya sudah aku pasrah mengikuti ujian ini."
 
Belang: "Ada apa ini heh.? Aku belum mengerti."
 
Kancil: "Tuan putrimu itu kan sudah menginjak dewasa. Nah dia sudah waktunya menikah."
 
Belang: "Putri Endang Marsudirini namanya. Nah apa hubungannya dengan ceritamu tadi?"
 
Kancil: "Tuanmu memaksa, kalau aku lulus uji tahan dikurung semalaman seperti ini maka aku akan diambil menjadi menantunya. Aku akan segera dinikahkan dengan si Endang itu."
 
Belang: "Sontoloyo!!!
Merah padam muka si Belang karena terlalu kaget. Merinding seluruh tubuhnya. Sebentar kemudian dia ingat akan nasib dirinya.
 
Belang: "Ohh dewa, dewa.. yang menjaga hidupku.. kenapa nasibku begini.. dimana letak keadilan.. ohh dewa.dewa. Aku ini sudah bertahun-tahun mengabdi kepada tuanku tetapi beginilah balasannya. Apakah tidak ada artinya sama sekali jasaku itu, kenapa dia memilih orang jauh untuk dimuliakan jadi menantu. Ehhm malang benar nasibku ini."
 
Kancil: "Ehh... ada apa ini, menitik air mataku mendengar keluhanmu?"
 
Belang: "Aku ini sudah mengabdi lama disini, tetapi kenapa tuanku itu memilih orang jauh yang belum dikenal dekat oleh keluarga ini sebagai menantunya? Apakah kekuranganku, apakah tiada artinya aku ini?"
 
Kancil: "Kamu ini tidak kurang suatu apa, tapi mungkin tuanmu itu tidak yakin kamu mampu melewati ujian seperti aku ini."
 
Belang: "Wah hanya orang sinting yang tidak bisa lulus uji seperti itu. Itu terlalu mudah buatku."
 
Kancil: "Wah aku kasihan padamu. Kalau kamu memang mau nikah sama Endang, ya sudah aku rela mundur. Maukah kamu menggantikanku?"
 
Belang: "Wah terlalu mau."
Belang terbujuk oleh siasat si Kancil. Tidak berapa lama, Belang menggeser batu penindih kurungan, Kancil dengan mudah keluar kurungan. Ganti si Belang yang masuk kurungan.
 
Belang: "Terima kasih atas kebaikan hatimu. Ini kamu saya kasih uang lumayan untuk uang saku bepergian."
 
Kancil: "Ya terima kasih. Hati-hati jangan sampai keluar kurungan sampai besok pagi. Si Endang jangan disia-siakan ya."
 
Belang: "Ya, aku akan tahan uji. Aku janji Si Endang akan aku bahagiakan."
 
Kancil pergi jauh.