Hantu Ladang (Jawa: Den-den sawah), adalah alat untuk menakut-nakuti binatang sekaligus untuk menjebaknya. Fungsinya
supaya hewan takut sehingga tidak merusak hasil sawah / ladang. Dibuat mirip manusia supaya hewan mengira bahwa ada orang
yang sedang menunggu sawah / ladang.
Keesokan harinya seperti biasa pak tani mengunjungi ladangnya. Betapa kagetnya dia demi dilihatnya masih ada buah mentimun
yang bisa hilang.
Dengan geram dibetulkanya letak pagarnya, tetapi keesokan harinya masih ada buah mentimun yang hilang. Dengan kesal dia
bersumpah akan menangkap binatang pencurinya.
Pagi itu pak tani pergi ke pasar. Dia membeli buah labu kolak (jawa: waluh), getah pohon benda (jawa : pulut, berfungsi
seperti lem perekat, biasa untuk menangkap burung). Setelah selesai berbelanja, dibawanya buah labu dan pulut ke ladang. Di
ladang dia membuat orang-orangan dari buah labu, ditancapkan diatas potongan bambu, dibuatnya mirip wajah manusia, dilaburinya
"hantu ladang" yang dia buat dengan pulut getah benda.
Sore harinya sang Kancil berkunjung ke ladang mentimun. Setelah berusaha seperti biasanya dia menemukan lubang sebesar
kepalanya dan masuk. Betapa kagetnya dia demi didapatinya ada makhluk aneh di dalam ladang.
Kancil: "Wah apa ini? Ada makhluk kepala bulat, gundhul, menyeringai, berkacak pinggang."
Kancil bertanya : "Hei, siapa kamu."
Hantu ladang diam.
Kancil : "Wah sialan, sombong benar. Ditanya bukannya menjawab malah berkacak pinggang. Hei sialan, siapa kamu!!"
Hantu ladang membisu. Bergoyang-goyang kena angin.
Kancil : "Dasar sombong! Memang dikiranya siapa dia?! Saya tempeleng kapok kamu!!"
Hantu ladang tidak bergeming, masih berkacak pinggang.
"Tidak bisa dibuat sabar! Nih rasakan bogem mentah tangan kananku." , kata Kancil sambil melayangkan tinjunya.
"Lho!! Malah dipegang tanganku, lepaskan!", kata Kancil agak kaget.
"Ehh, kurang ajar!! Gak mau melepas. Nih pukulan tangan kiriku!!", teriak Kancil sambil memukul.
"Ehh, malah dua-dua tanganku dipegang!! Lepaskan, atau kamu mau rasakan tendanganku??!!!, kata Kancil sambil menendang
dengan kaki kiri.
"Wah kakiku dipegang juga! Kuhitung sampai tiga, kalau tidak kamu lepaskan semua aku tendang lagi! Satu, dua, tiga" ,
Kancil menendang yang terakhir kalinya. Semua anggota badannya lengket di hantu ladang. Semalaman sang Kancil bergelantungan.