Wayang "Pagar" menggambarkan pagar sederhana, yang dibuat untuk memagari kebun. Dibuat dari batang dan ranting pohon.
Demi mengetahui buah mentimun tanamannya ada yang hilang, pak tani baru sadar bahwa dia perlu untuk membuat pagar bagi
ladangnya. Hari itu juga dicarinya batang pohon kecil. Dibersihkannya batang-batang tsb dari dedaunan yang masih melekat,
dipotong sama panjang. Ditancapkannya batang-batang tsb mengitari ladangnya, sekitar dua hari pekerjaannya baru selesai. Dilihatnya
hasil jerih payahnya, puas rasa hatinya. Tidak akan ada lagi binatang yang dapat menerobos masuk ke ladangnya untuk mencuri
buah mentimun, pikirnya. Sebelum matahari sepenggalah di arah barat, pak tani pulang.
Ketika itu hari menjelang sore, seperti biasa sang Kancil menghampiri tanaman mentimun "miliknya". Betapa kaget sang
Kancil demi didapatinya ladang mentimun sudah berpagar rapat. Dari sela-sela pagar dilihatnya buah mentimun yang bergelantungan,
menundang nafsu makannya. Dikitarinya ladang tersebut untuk mencari pintu masuk, tidak ada. Dicarinya celah antar batang pagar,
setiap celah dicobanya kepalanya masuk. Setelah sekian lama mencari, diketemukannya celah sebesar kepalanya. Dimasukkannya
kepalanya di celah antara batang pagar, kepalanya masuk, dengan sedikit usaha perlahan-lahan semua badannya bisa masuk ke
ladang. Gembira hatinya sore itu bisa menikmati segarnya buah mentimun. Setelah puas, dia keluar lewat lubang masuk tadi.
|